Coretan2Potter

Banjir lagi

Hujan beberapa hari di bulan ini turun cukup deras, alhasil di beberapa titik di kotaku terendam air, Kalipucang depan Panti Asuhan Raudlatul Mahbubin cukup sering menjadi sasaran banjir, terutama ketika hujan yang turun cukup lebat, seperti kali ini.

Nonton Film Lagi

Beberapa hari yang lalu, aku mulai nonton film lagi, nggak freak sih, cuma lagi gabut saja, lagi ngangur-nganggurnya dan gak ngerti mau ngapain, yaudah, langsung buka youtube, ketemulah sama film horor, horor komedi lebih tepatnya, Ghost Writer 2 versi yang indo, pemain utamanya Tatjana Saphira, lu bisa bacanya gak ya, aku sih jujur agak kesrimpet srimpet baca namanya, ejaan lama khan itu, jadi bacanya yang benar kaya gimana itu, tatiana, tatiyana, apa emang tatjana. Aku gak tahu ya, yang benar bacanya seperti apa, mending cari tahu sendiri dah, benarnya kek mana.

Waktu itu nonton langsung yang seri ke-2, jadi belum paham cerita sebelumya seperti apa, dan saat aku nulis ini pun, aku sudah agak lupa filmnya seperti apa, jadi ya terpaksanya nonton lagi biar inget inget alurnya, tapi yang jelas aku suka filmnya, jadi begitu selesai nonton seri ke-2 nya, langsung cari lagi versi pertamanya.

Owh iya, tadi aku dah bilang khan, ini film horor, tapi horor komedi, bukan yang full horor, jadi gak serem-serem amat, meski lu nonton sendirian juga gak akan jadi masalah.

Aku spill aja nih sinopsisnya, aku ambil dari wikipedia, gak jadi nonton ulang filmnya,

Naya (Tatjana Saphira) yang dikenal karena novel horornya merasa jengah dengan anggapan orang-orang yang lebih mengenalnya sebagai cenayang dibandingkan dengan penulis novel. Di saat yang sama, Naya harus kehilangan Vino (Deva Mahenra), tunangannya yang meninggal akibat kecelakaan saat syuting film. Hantu Vino yang masih bergentayangan mengira arwahnya tidak bisa menuju ke alam baka karena harus membantu hantu yang bernama Siti (Annisa Hertami). Vino pun meminta bantuan kemampuan Naya yang bisa berkomunikasi dengan hantu untuk membantu hantu Siti agar arwah Vino bisa kembali ke alam baka.

Nonton dah, lucu kok filmnya.

Hasta Lavia

Hai, cerita usang yang lama terbuang, apa kabar??? Ceritamu masih ada, yang entah akan sampai kapan engkau bertahan, aku menyapamu, diantara rintik-rintik hujan yang turun malam ini.

Lama tak bertemu, lama tak saling menyapa, namun aku tak pernah lupa, nyatanya aku dan kamu masih mengisi di ruang yang sama, ruang waktu seperti dulu, seperti yang lalu.

Aku hanya sebentar, bersama kopi yang ku seduh, aku menyapamu, aku ucap salam, semoga kita masih bisa berjumpa kembali, lain waktu bersama do’a do’a yang baik. Shollu Alan Nabi

Salam, Hasta Lavia.

Waktu

Aahh waktu, lagi dan lagi waktu

Yang datang menyapa

ada sendu mengingatnya

sendu yang menyirnakan mentari esok paginya

Berharap malam tetap menjadi malam

Menarik selimut dan membalik kelam

Waktu, lagi dan lagi waktu

Yang datang menyapa

Biarkan angin menerpa

Menghilang

entah kemana

Waktu, aku hanya tak ingin menyapa

Membalikku senduku

Ahh Sembunyi

Februari Gerimis dan Hujan

Sudah lama tidak pernah mampir kesini, sekedar baca, atau bahkan cuma melihat-lihat, padahal kalau dipikir-pikir, sarana sudah lebih baik kalau dibandingkan dengan masa itu.

Sekarang tidak perlu lagi datang ke warnet, segalanya sudah ada dalam telpon genggam kita, kuota, aplikasi, kamera, video, semua sudah ada dalam genggaman tangan kita, tak perlu lagi datang jauh-jauh dan duduk berjam-jam disana, tapi pada kenyataannya ketika semua sudah ada, sudah kita miliki, motivasi kita berubah, ada hal-hal lain yang lebih menarik keinginan kita, hmmm…

Kenapa malam ini aku kembali ke kamu, ke tempat ini lagi, dan jariku mulai mencari satu per satu huruf yang ada dalam telpon genggam ini, menafsirkan apa yang ada dalam pikiranku. Dan yang aku tulis pun ndak ada sangkut pautnya sama judul yang aku buat, hanya bernostalgia dengan masa itu.

Februari masih hujan, dan gerimis kecil masih kita rasakan.

Angkringan

Sore selepas maghrib, rasa lapar mengantarkan aku ke tempat ini, seperti pada umumnya angkringan, tak akan jauh-jauh dari pinggir-pinggir jalan, gerobak, kursi panjang, terpal, dan nampan tempat jajan, masih menjadi ciri khas umumnya angkringan, satu yang pasti, ditempatku ini, angkringan-angkringan makin banyak berdiri. Jika sore hari menjelang maghrib cobalah tengok di sekitaran pinggir-pinggir jalan akan kau temui lebih dari 1 angkringan di jalan yang sama. Bagi yang kelaparan dan sedang dalam perjalanan seperti aku sore ini, ini sungguh menggembirakan, tak perlu repot-repot mencari tempat makan.

Singkat cerita, aku minta di bakarkan sate usus, iya usus yang dibakar, usus yang di potong kecil-kecil, di tusuk dengan batang lidi, layaknya sate, bagi kalian yang belum tahu, di angkringan kita bisa minta di bakarkan untuk makanan-makanan tertentu, sate usus, sate telur puyuh, ati atau gorengan juga bisa, dikasih sedikit kecap dan kemudian kita bisa menikmatinya.

TAMAT. 😜

Flashback

Dengarkan saja malam ini, seberapa jauh kakimu melangkah, seberapa kuat kau mampu tuk menghadapinya, saat kau merasa terjatuh, saat kau berada pada titik terendah atau saat kau tak tahu kemana harus melangkah, dan malam tak akan pernah berakhir . . .

Lelah dan menyerah . . . . .

Dalam catatan 2015.

malam

Masih ingat saat itu ?
saat dimana kita masih sering memuja malam yang sama
malam malam yang meneduhkan kepala kita
diantara baris baris lampu senja
dan kita hanya menunggu lampu terakhir padam
kemudian kita kembali lagi esoknya
dengan hal yang masih serupa

kali ini hanya ada aku dan kamu
sampai tak terasa pagi mulai memanggil,

Esok masih sama, Malam masih sama, sampai akhirnya kita terjebak dalam rutinitas kita masing-masing,

Kamu, memilih jalanmu, dan aku memilih jalanku, kita tak pernah lagi bersua, waktu menuakan kita, dan kita tak lagi muda,

Selamat Malam Kawan,,,