Kopi dan Hujan
22/07/2014 at 00:48 | Posted in Uncategorized | 1 CommentSuatu masa kita pernah saling menumpahkan keluh kesah pada malam, hampir setiap waktu, menanti pagi dengan kebersamaan diantara kita, kemudian waktu mulai berubah, kesibukan pribadi mengalihkan semua yang dulu pernah kita jalani, dan kita mulai berjalan sendiri dengan urusan kita sendiri, walaupun sesekali kita masih berkumpul tapi tidak lagi sesering dahulu.
Aku sendiri tak tahu sesibuk apa diriku saat ini, tapi sudah berbulan-bulan aku tak pernah lagi berkumpul dengan kalian, yaah waktu yang panjang untuk tak saling menyapa, bahkan untukku saling berkirim sms dengan kalian, sampai suatu saat diawal Ramadhan dia mengajakku untuk sekedar ngopi disudut alun-alun kota, sehabis sholat tarawih smsmu datang menanyakanku, “dirumah ter?“ “iya om” jawabku dalam sms itu, dan tibalah aku dan dia disana, entah karena sudah jarang bertemu atau apa, kemudian kita berdua saling bercerita tentang aktifitas masing-masing, sampai tak terasa pagi mulai menjelang, kita baru pergi sesaat setelah penjual warung mematikan lampu senjanya, padahal disitu kita hanya memesan kopi, yang kemudian terbungkus segudang cerita yang ada dipikiran kita, entah jam berapa saat itu, yang aku tahu waktu itu, aku sampai dirumah pukul 2.30 WIB menjelang sahur.
Beberapa hari yang lalu, kita berkumpul lagi, kali ini dengan lebih banyak anak, tak hanya kami berdua, Ramadhan, selalu ada rencana untuk berkumpul, saling memberi kabar dan menentukan waktu yang tepat, walaupun pada akhirnya ada kejadian-kejadian diluar perkiraan kita, yang kadang membuat kita tertawa sendiri.
Kita ke Mataram, setelah sebelumnya kita berbuka bersama di warung yang sama seperti tahun kemarin, anehnya, juga masih sama-sama penuhnya, dan sama-sama menunggu giliran meja dengan pengunjung lain yang datang duluan, 1 jam kita menunggu untuk masuk, kalau dipikir-pikir lebih nyaman berbuka dirumah daripada menunggu saat-saat seperti itu, kemudian Mataram menjadi tempat selanjutnya untuk kita mengulang kebersamaan, sebuah kopi dan guyuran hujan menjadi bumbu cerita kebersamaan kita, hujan yang turun cukup lebat sampai kita harus berdiri berjam-jam menunggunya reda. kemudian menyusur jalan pulang pun tanpa mantel dan jaket, kita sama-sama menggigil menahan dingin malam itu.
Kopi dan hujan menjadi cerita Ramadhan kali ini, terima kasih kawan . . .
1 Comment »
RSS feed for comments on this post. TrackBack URI
Leave a Reply
Blog at WordPress.com.
Entries and comments feeds.
paling cocok emang minum yg anget2 saat hujan
Comment by anggita— 12/04/2017 #